Jakarta (pilar.id) – Deputy IV Koordinasi Ekonomi Digital, Ketenagakerjaan, dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Kemenko Perekonomian, Rudy Salahuddin, mengungkapkan bahwa industri open finance memiliki peran penting dalam mempercepat transformasi ekonomi digital di Indonesia.
Dalam acara Open Finance Summit 2023 yang diadakan di Jakarta, Rudy menyatakan, “Aplikasi open finance akan menjadi katalis dalam mengubah layanan ekonomi dan keuangan digital ke era baru. Hal ini mengingat adopsi teknologi dalam sektor keuangan semakin meluas dan matang.”
Open finance merupakan praktik berbagi data keuangan dengan pihak ketiga melalui open API atau Application Programming Interface.
Rudy menjelaskan bahwa dalam open finance, kehadiran teknologi seperti kecerdasan buatan (AI), big data, machine learning, dan sistem biometrik semakin mendorong terwujudnya transformasi ekonomi digital. Teknologi-teknologi tersebut banyak dimanfaatkan dalam layanan virtual untuk mempersonalisasi pengalaman konsumen, mendeteksi penipuan, dan melakukan penilaian kredit.
Indonesia memiliki potensi yang besar dalam perkembangan ekonomi digital. Pada tahun 2022, sekitar 40 persen dari nilai transaksi ekonomi digital ASEAN berasal dari Indonesia. Pada tahun 2023, Indonesia menempati peringkat keenam sebagai negara dengan jumlah perusahaan rintisan (startup) terbanyak di dunia, dengan lebih dari 2.400 unit. Bahkan, mayoritas dari 8 perusahaan unicorn di Indonesia saat ini bergerak di bidang e-commerce dan fintech.
Rudy menyebutkan, “Pada tahun 2025, nilai transaksi ekonomi digital di Indonesia diperkirakan akan meningkat dua kali lipat menjadi 190 miliar dolar AS.”
Namun demikian, masih terdapat beberapa tantangan dalam pengembangan ekonomi digital di Indonesia. Meskipun Indonesia memiliki populasi penduduk terbesar, kesadaran digital masih terbatas pada kota-kota besar. Penetrasi pengguna internet baru mencapai 76 persen dari total populasi, dan hanya 51,8 persen dari total penduduk yang memiliki rekening bank. Hal ini masih lebih rendah dibandingkan rata-rata di kawasan Asia Pasifik.
Selain itu, akses pembiayaan bagi 64 juta Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) juga masih terbatas. Oleh karena itu, melalui open finance, Rudy berharap industri ini dapat meningkatkan inklusi keuangan dan mengurangi kesenjangan digital di Indonesia.
Dengan adanya data granular dalam industri open finance, kualitas layanan dapat ditingkatkan untuk lebih berfokus pada konsumen, meningkatkan loyalitas konsumen, dan menjadi kunci dalam meningkatkan daya saing.
Rudy menyimpulkan, “Aktivitas digital juga menghasilkan jejak digital yang semakin detail hingga tingkat individu. Misalnya, ketika kita menggunakan platform digital, seringkali kita diberikan rekomendasi produk berdasarkan jejak digital kita. Mereka sudah tahu apa yang kita inginkan.”
Dengan demikian, open finance diharapkan dapat membawa dampak positif bagi perkembangan ekonomi digital di Indonesia dengan meningkatkan akses keuangan, inklusi keuangan, dan pengalaman konsumen yang lebih baik. (mad/hdl)
link
More Stories
bank bjb Tunjukkan Kepemimpinan Digital, Raih Penghargaan Best Digital Finance
KBstar Hadirkan Fitur Anyar ‘Planning Account’, Ini Kelebihannya!
Aplikasi Jago, Atur Keuangan Sesuai Maumu